Bandung.swaradesaku.com. Pamong Budaya Bogor kembali menorehkan jejak penting dalam upaya pelestarian nilai-nilai luhur nusantara melalui kegiatan Ruwat Tujuh Gunung yang kini telah memasuki pelaksanaan keempat. Acara sakral ini berlangsung khidmat di kawasan wisata Batu Kuda, Gunung Manglayang, Cileunyi, Kabupaten Bandung Barat, pada hari Minggu tgl 26 november 2025, dihadiri oleh ratusan budayawan, pegiat seni, serta tokoh masyarakat dari berbagai daerah di Jawa Barat.

Ruwat gunung bukan sekadar seremoni adat, melainkan manifestasi ikhtiar kolektif memulihkan harmoni antara manusia dan alam. Dalam pandangan budaya Sunda, gunung dipahami sebagai saudara tua — penjaga keseimbangan dan sumber kehidupan. Karena itu, prosesi ruwat menjadi bentuk penghormatan dan penyapaan kembali kepada alam semesta, melalui doa, tirakat, dan tindakan nyata.
Rangkaian kegiatan ruwat kali ini meliputi: Penanaman Pohon, “Menanam Nafas untuk Bumi”, simbol kesadaran ekologis dan keberlanjutan.
Doa dan Ritual Budaya, “Mengikat Kembali Jembatan Batin Manusia, Alam, dan Sang Pencipta”, sebagai bentuk penghormatan spiritual.
Kebersamaan, “Ruang Kontemplatif dan Gerakan Kolektif Merawat Bumi”, mempererat silaturahmi antarpelaku budaya.
Ketua Umum Pamong Budaya Bogor, Bambang Somantri, S.Sos., yang akrab disapa Ki Mantri, menyampaikan rasa syukur dan apresiasinya atas suksesnya pelaksanaan ruwat ini.
“Ruwat bukan sekadar upacara, tetapi laku budaya yang mengingatkan kita untuk hidup selaras dengan alam. Terima kasih kepada para sepuh pinisepuh, masyarakat Gunung Manglayang, serta seluruh pihak yang telah turut menyukseskan Ruwat Tujuh Gunung yang keempat tahun ini,” ujar Ki Mantri.
Beliau juga menyampaikan penghargaan khusus kepada Kolonel Denden Sumarlin yang mewakili Lemhannas atas dukungannya dalam mengawal pelaksanaan Ruwat Tujuh Gunung sebagai bagian dari pembinaan karakter kebangsaan dan pelestarian budaya lokal.
Dengan semangat kebersamaan dan kepedulian terhadap bumi, Pamong Budaya Bogor berkomitmen untuk melanjutkan perjalanan spiritual dan ekologis ini hingga tujuh puncak gunung terselesaikan, sebagai simbol harmoni, keseimbangan, dan pengabdian kepada alam semesta.

Harapan support dan dukungan Pemerintah dalam hal ini Pemerintah Provinsi Jawa Barat dan Pemerintahan Daerah yang di lintasi oleh gunung gunung yang ada di sekitar wilayahnya ujar Ki mantri kepada wartawan swaradesaku.
(Dede Royani)
