Cirebon.swaradesaku.com. Bertempat di Rumah Makan Saung Jati, Desa Leuwidingding, Kecamatan Lemahabang, Kabupaten Cirebon, Presidium Oposisi Berontak Rakyat Cirebon Timur (OBOR Cirtim) menggelar rapat evaluasi dan konsolidasi internal. Dalam forum tersebut, Ketua Presidium OBOR Cirtim, Qorib Magelung Sakti, menyampaikan komitmen tegas lembaganya untuk terus mengawal dan mengawasi kebijakan Pemerintah Kabupaten Cirebon, khususnya di wilayah Cirebon Timur.

Menurut Qorib, OBOR Cirtim akan memfokuskan pengawasan pada tiga isu krusial yang selama ini menjadi perhatian masyarakat, yakni perbaikan infrastruktur jalan rusak, pengelolaan sampah dan lingkungan, serta penanganan banjir yang rutin melanda sejumlah desa.
“Kami akan fokus mengawal tiga hal utama: pertama, isu lingkungan; kedua, infrastruktur jalan; dan ketiga, penanganan banjir di wilayah Cirebon Timur,” tegas Qorib dalam pernyataannya.
Ia menegaskan bahwa OBOR Cirtim tidak hadir hanya sebagai oposisi yang mengkritik, melainkan sebagai mitra kritis dan wadah kolaboratif masyarakat, lembaga, serta para aktivis yang peduli terhadap kemajuan daerah.
“Masalah sampah menjadi tantangan tersendiri di desa-desa Cirebon Timur. Banyak yang sudah kronis, tapi tak ada solusi konkret. Begitu juga soal jalan rusak dan banjir. Ini adalah masalah vital yang harus segera ditangani,” lanjutnya.
Selain itu, Qorib menegaskan komitmen OBOR Cirtim untuk mengawasi setiap proses pembangunan yang menggunakan anggaran publik. Ia menegaskan, lembaganya siap bersinergi dengan aparat penegak hukum dalam hal pengawasan dan pelaporan dugaan penyimpangan.
“Kami berkomitmen mengawal pembangunan infrastruktur secara transparan. Bila kami temukan indikasi penyimpangan anggaran, akan kami laporkan ke aparat penegak hukum,” tandasnya.
Sementara itu, Dewan Pembina OBOR Cirtim, H. Lili Mashuri, menyampaikan pentingnya membangun sinergi dengan berbagai pemangku kepentingan, termasuk kepala desa (kuwu), tokoh masyarakat, dan instansi pemerintah.
“Ke depan, kami akan memperluas kerja sama dengan banyak pihak, termasuk para kuwu di wilayah Cirebon Timur. Kolaborasi ini sangat penting agar solusi yang kita usung bisa berjalan efektif di lapangan,” jelas H. Lili.
Ia juga menekankan pentingnya peningkatan kesadaran masyarakat mengenai peran aktif dalam menjaga lingkungan serta memastikan keberlanjutan hasil pembangunan.
“Kesadaran masyarakat harus dibangun. Kalau semua pihak bergerak bersama, maka permasalahan lingkungan dan infrastruktur bisa kita atasi bersama,” tutupnya.
Komitmen OBOR Cirtim merupakan representasi dari meningkatnya kepedulian masyarakat terhadap kualitas tata kelola pemerintahan dan pembangunan yang berkeadilan. Di tengah tantangan yang dihadapi oleh wilayah Cirebon Timur, dari infrastruktur jalan yang kerap menjadi keluhan warga, hingga pengelolaan sampah dan banjir yang belum teratasi secara sistemik.
kehadiran lembaga sipil seperti OBOR Cirtim sangat penting sebagai penggerak perubahan.
Namun demikian, peran pengawasan publik tidak bisa hanya dibangun dengan narasi keras atau simbol perlawanan. Butuh strategi komunikasi yang konstruktif, pendekatan yang berbasis data, serta sinergi dengan pemerintah daerah. Jika dilakukan dengan baik, fungsi kontrol sosial ini akan menjadi pendorong lahirnya pemerintahan yang lebih transparan dan bertanggung jawab.
Pengawasan juga harus diarahkan untuk memberdayakan, bukan memecah belah. Di sinilah letak pentingnya posisi OBOR Cirtim—menjadi oposisi yang tidak hanya berteriak, tetapi juga membawa solusi. Menjadi mitra yang tegas namun tetap menjunjung nilai demokrasi dan etika sosial.
OBOR Cirtim harus menjaga konsistensi gerakan dengan melibatkan lebih banyak elemen, membuka ruang partisipasi publik, dan mengedepankan profesionalisme dalam setiap aksi pengawasan. Karena keberhasilan lembaga ini akan turut menentukan arah pembangunan dan kualitas hidup masyarakat Cirebon Timur ke depan.
Jika gerakan ini konsisten dan bersih, maka OBOR Cirtim tak hanya akan menjadi pengawas, tetapi juga tonggak harapan baru bagi masyarakat desa yang selama ini merasa terpinggirkan dari panggung pembangunan.
(Ade Falah)