Jakarta.swaradesaku com. Revitalisasi dan Penataan Kota Tua sudah rampung sejak Tahun 2022, saat era Gubernur Anies Baswedan.

Revitalisasi dan Penataan Kota Tua, bertujuan menata Kota Tua agar tertata rapih mulai dari sisi Jalannya, PKL nya, Gedung Tuanya hingga sarana parkirnya.
Penataan Kota Tua, maksud dan tujuannya ingin menciptakan rasa aman nyaman bagi Wisatawan Mancanegara khususnya, yang berkunjung ke Kota Tua.
Tetapi pada kenyataanya setelah Revitalisasi dan Penataan Kota Tua, malah terlihat semakin semrawut.
Hal ini tampak jelas bertambahnya jumlah PKL, semua sisi Kota Tua di penuhi PKL.
Saat awak media meliput kawasan wisata Kota Tua, tampak jelas di depan pintu keluar Stasiun Kota sebelah utara ratusan PKL berjubel, hingga akses jalanpun terganggu.
Menurut data pada tahun 2014 PKL Fatahilah hanya berjumlah 300 pedagang, tetapi saat ini diperkirakan 1500 pedagang yang tersebar disemua sisi Kota Tua.
Penataan Gedung-Gedung Tua diduga tidak berjalan, bahkan banyak Gedung Tua yang di sulap menjadi tempat penampungan PKL, tidak ada lagi sisi EDUKASI semua menjadi BISNIS.
Dampak Revitalisasi Kota Tua
1.Jalan Raya Alternatif peninggalan sejarah hilang.
2.Gedung-Gedung Tua, jadi area bisnis Kuliner.
3.PKL bertambah banyak kian semrawut.
Apakah kesemrawutan ini akan di biarkan terus berlangsung.
Masyarakat Kota Tua, berharap kepada Gubernur yang saat ini menjabat untuk bisa mengembalikan cita-cita Revitalisasi dan Penataan Kota Tua, harapnya.
(Hariyanto)