Cirebon.swaradesaku.com. Di balik kesederhanaan sebuah lapak kecil di samping eks gapura Pabrik Gula Karangsuwung, Blok Puhun, Desa Karangsuwung, Kecamatan Karangsembung, tersimpan kisah perjuangan seorang ibu yang tak pernah menyerah dalam mempertahankan hidup dan membesarkan kedua anaknya. Ia adalah Yati, atau yang lebih akrab dikenal warga dengan sebutan Yati Burayak, seorang janda dengan dua anak yang menggantungkan nafkah keluarganya dari berjualan nasi lengko.

Setiap hari, Yati membuka lapaknya sejak pagi hingga menjelang sore. Dengan perlengkapan sederhana dan racikan bumbu khasnya, ia menyajikan nasi lengko yang menjadi favorit para buruh, warga sekitar, hingga para pengendara yang melintas di jalur Karangsuwung.
Meski berjualan di tempat yang sederhana dan terbatas, Yati tetap menjaga kebersihan, kerapihan, dan cita rasa. Hal itu membuat banyak pelanggan setia kembali ke lapaknya. Sikap ramah dan senyumnya yang selalu mengiringi setiap piring nasi lengko seolah menjadi pelengkap rasa yang membuat pembeli betah.
“Yang penting mah usaha terus, jaga kepercayaan pembeli. Alhamdulillah, rezeki mah ada saja. Yang penting ikhlas,” ucap Yati sambil melayani pembeli yang datang.
Kisah Yati Burayak adalah gambaran nyata bagaimana perjuangan perempuan, khususnya para ibu tunggal di pedesaan, menjadi tulang punggung keluarga di tengah tantangan ekonomi. Kehidupan yang dijalaninya bukan hanya soal menjual makanan, tetapi juga tentang tekad, ketekunan, dan cinta kepada anak-anaknya.
Yati tidak hanya berperan sebagai pencari nafkah, tetapi juga sebagai pendidik, pengasuh, sekaligus panutan bagi kedua anaknya. Dengan segala keterbatasan, ia berusaha menjaga integritas usahanya: jujur, rajin, dan selalu berusaha memberikan pelayanan terbaik kepada para pelanggan. Nilai-nilai seperti ini menjadi modal sosial yang sangat berharga dalam dunia usaha mikro di desa.
Keberadaan pedagang kecil seperti Yati adalah denyut nadi ekonomi kerakyatan. Mereka mungkin tidak masuk statistik besar, namun tiap harinya pergerakan ekonomi desa berjalan berkat para pelaku UMKM yang konsisten mempertahankan usaha meski tanpa fasilitas memadai. Lapak-lapak sederhana seperti milik Yati adalah ruang hidup bagi banyak keluarga dan bagian penting dari kultur ekonomi masyarakat Cirebon.
Melihat kondisi ini, dukungan dari Pemerintah Desa, Kecamatan, maupun Kabupaten sangat diperlukan. Pemberian fasilitas usaha, pelatihan pengembangan UMKM, hingga bantuan modal atau peralatan dapat menjadi dorongan besar bagi pedagang seperti Yati. Sekecil apa pun dukungan itu, efeknya bisa sangat berarti dalam peningkatan taraf hidup keluarga.
Yati Burayak merupakan contoh nyata bahwa kegigihan seorang ibu dapat menjadi kekuatan utama dalam menjaga kelangsungan hidup sebuah keluarga. Kisahnya tidak hanya menginspirasi, tetapi juga mengingatkan bahwa di sekitar kita terdapat banyak pejuang ekonomi yang layak mendapatkan perhatian dan apresiasi.
(Ade Falah)
