• Kam. Jul 31st, 2025

Cirebon.swaradesaku.com. Pemerintahan Desa Karangsuwung, yang berada diwilayah Kecamatan Karangsembung, Kabupaten Cirebon memaparkan rencana pengembangan desa wisata di hadapan Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Cirebon, didukung oleh Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) Karangsuwung, pada Selasa (29 Juli 2025). Rapat ini menjadi momentum penting dalam upaya menjadikan Karangsuwung sebagai destinasi wisata unggulan.

Dalam pemaparan tersebut, Kuwu Karangsuwung, Arief Nurdiansyah, S.E., menjelaskan perjalanan panjang eks Pabrik Gula (PG) Karangsuwung di Kecamatan Karangsembung, Kabupaten Cirebon. “Alhamdulillah, langkah kami untuk memanfaatkan potensi desa ini mulai menunjukkan hasil yang menggembirakan,” ungkap Arief, menunjukkan optimisme yang tinggi.

Arief menambahkan, setelah penetapan sebagai cagar budaya oleh pemerintah, upaya ini diperkuat dengan penandatanganan Memorandum of Understanding (MoU) antara Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Cirebon, investor, dan PT. Rajawali Nusantara Indonesia (RNI). Langkah ini menjadi awal transformasi kawasan bersejarah tersebut menjadi destinasi wisata yang menarik dan berkelanjutan.

Di balik pelestarian wisata sejarah, menurut Arief, keberadaan destinasi wisata ini juga memiliki potensi untuk mendorong pertumbuhan ekonomi masyarakat setempat melalui pengembangan Usaha Mikro dan Menengah (UMKM). “Ini adalah kesempatan bagi warga untuk terlibat dan merasakan manfaat dari perkembangan pariwisata,” tambahnya, menekankan pentingnya partisipasi masyarakat.

Desa Karangsuwung juga kaya akan situs peninggalan sejarah. Salah satunya adalah Masjid Al-Falah, yang telah berdiri sejak tahun 1854. Menariknya, arsitektur masjid ini memiliki kemiripan dengan masjid di Kasultanan Keraton Kanoman. Selain itu, terdapat juga Situs Astana Paliangan di Blok Puhun, yang merupakan makam panglima perang sekaligus tempat bersejarah dengan keberadaan sumur keramat yang airnya tidak pernah surut. Di Blok Wage juga terdapat sumur kotak yang menyediakan air bening yang tak pernah habis. “Ini adalah bagian dari budaya yang harus kita lestarikan,” tegas Arief, menunjukkan komitmennya terhadap pelestarian budaya lokal.

Ia juga mengungkapkan bahwa pihaknya bersama warga telah melakukan berbagai persiapan untuk mendukung perkembangan sektor pariwisata di kawasan ini. Warga didorong untuk berkreasi dalam menghasilkan produk lokal yang nantinya bisa dijual kepada para wisatawan. Salah satu produk lokal yang sedang dikembangkan adalah makanan ringan Kerupuk Lele (Pukle), yang dikelola oleh ibu-ibu PKK setempat. “Kami berharap, dengan adanya desa wisata ini, Karangsuwung tidak hanya dikenal karena sejarahnya, tetapi juga sebagai pusat kegiatan ekonomi yang memberdayakan masyarakat,” jelas Arief, menggambarkan harapan besar untuk masa depan.

Dengan semua potensi yang ada, transformasi Desa Karangsuwung menjadi desa wisata diharapkan dapat memberikan manfaat besar bagi masyarakat dan melestarikan budaya yang telah ada. Selain itu, pada hari Jum’at mendatang, pihaknya juga akan mengadakan rapat dengan Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Cirebon untuk mendapatkan SK sebagai desa wisata dari dinas tersebut. “Kami optimis langkah ini akan mempercepat proses pengembangan desa wisata kami “.

Dengan langkah strategis ini, Desa Karangsuwung menunjukkan komitmennya untuk bertransformasi menjadi destinasi wisata yang tidak hanya menarik, tetapi juga memberdayakan masyarakat. Keberhasilan ini nantinya diharapkan dapat menjadi contoh bagi desa lainnya dalam memanfaatkan potensi lokal untuk meningkatkan ekonomi dan melestarikan budaya, tutup Arief.

( Ade Falah )

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *