Pandeglang.swaradeaaku.com.Perahu wisata yang membawa 28 (dua puluh delapan) orang rombongan santri Kampung Cikiruh Wetan, Kecamatan Cikeusik, tenggelam setelah menabrak tunggul pohon kelapa di Bendungan Cikoncang,Kecamatan Cikeusik, Kabupaten Pandeglang,Provinsi Banten, Minggu (25/10)
Wartawan swaradesaku.com Eli Ahmad Hambali melaporkan dari peristiwa musibah tersebut sebanyak 25 (dua puluh lima) orang santri berhasil di selamatkan sementara 3 (tiga) orang masing masing beralamat di Kampung Cikiruh Wetan Kecamatan Cikeusik Pandeglang, Fatma Bin Wawwi (12), Nufa Bin Wawwi (9) dan Rugi Binti Enok (20) tidak sempat terselamatkan dan dinyatakan meninggal dunia.
Hasil investigasi berbagi sumber dilapangan, Kanit Reskrim Polsek Cikeusik Bripka Iwan Saputra mengatakan titik lokasi kecelakaan Danau Cikoncang masuk ke wilayah Desa Cikadongdong,Kecamatan Cikeusik.
Peristiwa ini ditangani Kepolisian Sektor Cikeusik termasuk memanggil saksi-saksi dan mengamankan nahkoda kapal perahu wisata untuk mengembangkan penyidikan sebab sebab kecelakaan lebih lanjut.
Sementara itu, Kepala KP & P (Basarnas) Banten M.Zaenal Arifin melalui wawancara Radio Elshinta jam 21.30 wib (25/10) menyebutkan tenggelamnya perahu wisata di Bendungan Cikoncang di duga setelah perahu tersebut menabrak tunggul kelapa hingga tenggelam, sehingga korban yang sebagian besar anak anak tidak bisa berenang dan kedalaman Danau cukup dalam.
M.Zeanal Arifin juga menyampaikan situasi saat kejadian di lokasi terjadi hujan cukup lebat dan keadaan cuaca gelap, disamping itu kapasitas muat kapal wisata melebih kapasitas penumpang.
Basarnas Banten M.Zarnal Arifin menghimbau pengelola wisata air hendaknya memperhatikan faktor keselamatan dan selalu berkoordinasi dengan pihak instansi yang berwenang.
Pegiat Sosial Encep Bachtiar menilai kejadian ini merupakan kelalaian pihak pengelola, semestinya mereka diberikan edukasi dan informasi bila cuaca tidak mendukung tidak beroperasi.
” Untuk memutus mata rantai pendemi Covid-19, hendaknya kawasan wisata,yang tidak mengindahkan protokol kesehatan, sebaiknya di tutup saja sementara”. Kata Encep Bachtiar.***
Reporter : Eli Ahmad Hambali
Editor : Yudhiestira Nugraha