• Sab. Sep 13th, 2025

Pemdes Karangsembung Luncurkan Program Ketahanan Pangan Lewat Peternakan Ayam Petelur

Cirebon.swaradesaku.com. Dalam upaya memperkuat kemandirian desa dan menjawab tantangan ketahanan pangan, Pemerintah Desa Karangsembung, Kecamatan Karangsembung, Kabupaten Cirebon, resmi meluncurkan program peternakan ayam petelur. Program ini merupakan bagian dari agenda nasional Ketahanan Pangan (Ketapang) yang dibiayai melalui alokasi Dana Desa sebesar 20 persen.

Program tersebut dijalankan melalui Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) Karangsembung yang selama ini dikenal aktif mengelola unit simpan pinjam. Melalui diversifikasi usaha ini, BUMDes diharapkan mampu menjadi motor penggerak ekonomi produktif di tingkat desa.

Kuwu Karangsembung, Gilang Wibowo, mengungkapkan bahwa program peternakan ayam petelur bukan hanya untuk meningkatkan pasokan protein hewani yang sehat dan terjangkau bagi warga, tetapi juga membuka lapangan kerja dan peluang usaha baru di masyarakat. “Kami tidak ingin BUMDes hanya fokus di simpan pinjam saja. Lewat program Ketapang ini, kami ingin desa punya peran lebih besar dalam menjaga ketahanan pangan. Target kami, desa menjadi lebih mandiri baik secara ekonomi maupun dalam pemenuhan kebutuhan gizi masyarakat,” jelas Gilang saat dikonfirmasi pada Selasa (09/09/2025).

Langkah ini mendapat apresiasi dari berbagai pihak, mengingat program peternakan ayam petelur dinilai sebagai bentuk konkret pemberdayaan ekonomi berbasis potensi lokal yang berkelanjutan. Selain berdampak langsung terhadap pemenuhan kebutuhan pangan keluarga, inisiatif ini juga dinilai mampu memperkuat posisi desa sebagai unit produksi pangan mandiri di tengah fluktuasi ekonomi nasional.

Pemerintah Desa Karangsembung berharap, keberhasilan program ini dapat menjadi percontohan bagi desa-desa lain di wilayah Kabupaten Cirebon. Ke depan, Pemdes juga merencanakan perluasan skala produksi serta kolaborasi dengan dinas terkait untuk pengembangan lebih lanjut.

Langkah progresif yang diambil oleh Pemdes Karangsembung ini patut diapresiasi. Di tengah kondisi ekonomi yang belum sepenuhnya pulih, program berbasis ketahanan pangan seperti ini tidak hanya menjawab kebutuhan jangka pendek masyarakat, tetapi juga menjadi fondasi pembangunan ekonomi jangka panjang. Diharapkan, keberanian dan komitmen seperti ini bisa menginspirasi lebih banyak desa untuk menggali potensi lokal dan memperkuat ekonomi dari akar rumput.

(Ade Falah)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *