Jakarta.swaradesaku.com.
Revitalisasi dan Penataan Kota Tua yang telah berakhir di tahun 2022, saat Gubernur Anies Baswedan meninggalkan harapan terkhusus warga Kota Tua itu sendiri dan umumnya bagi wisatawan lokal maupun wisatawan manca negara.

Warga Kota Tua yang sejak kecil ( Hari )sudah terbiasa melihat Jalan-Jalan Alternatif yang di duga bersejarah juga Gedung-GefungTua bersejarah, berharap tetap dilestarikan dan dijaga keasliannya.
Kini jalan-jalan alternatif di rubah fungsi menjadi jalan pedestrian alias berubah fungsi menjadi area pejalan kaki.
Jalan-Jalan alternatif yang telah berubah menjadi pedestrian diantaranya : Jalan Ketumbar, Jalan Poskota, Jalan Lada, Jalan Pintu Besar Utara, Jalan Kali Besar Timur, Jalan-Jalan ini ada sejak Zaman VOC patut diduga keberadaan Jalan-ini ada sejak Jayakarta.
Sangat sayangkan Jalan-Jalan bersejarah ini fungsinya sudah hilang, bahkan Nama Jalannyapun kini tidak terpasang.
Wisatawan Lokal maupun Manca negara berkunjung ke Kota Tua pasti punya tujuan yang sama ingin melihat keaslian Kota Tua, tutur warga Kota Tua Hari.
Berikut wawancara Awak Media (PokjawarKotu) dengan tokoh penggiat sejarah Kota Tua (Firman) Minggu 22/6/2025, lokasi Jalan Lada Fatahillah.
Menurut Firman sebagai penggiat sejarah Kota Tua, Revitalisasi dan Penataan Kota Tua menuju Kota Global dan Berbudaya Tahun 2029, apapun yang menjadi program Pemerintah Provinsi DKJ, kita semua mendukung tetapi sesuai tema di Hari Jadi Kota Jakarta ke 498, Kota Global dan Berbudaya sejatinya penataan Kota Tua jangan sampai menghilangkan keaslian sejarah Kota Tua itu sendiri, terang Firman.
Lebih lanjut Firman menambahkan, Kota Tua itu merupakan Miniaturnya Indonesia, karena di Kota Tua banyak tersimpan sejarah dari berbagai Etnis dan Budaya, terlebih bila ditelusuri keberadaan Jayakarta hingga Batavia.
Di Kota Tua itu sejak zaman kerajaan hingga Portugis dan Belanda, berbagai Etnis sudah banyak yang menetap di sana, seperti Cina, India, Arab, Eropa dan berbagai suku Indonesia terangnya.
Bangsa yang besar adalah bangsa yang menghargai Pahlawan dan Sejarahnya, imbuh Firman.
Harapan besar dari Revitalisasi dan Penataan Kota Tua,kepada Kementerian Pariwisata Sejarah dan Kebudayaan serta Cagar Budaya jadikanlah Gedun-Gedung berjarah sebagai pusat Edukasi Sejarah, jangan hilangkan pungsinya.
Pesan terakhir untuk Gubernur dan Wakil Gubernur Jakarta, bisakah menata Kota Tua sesuai tema di HUT ke 498 Jakarta, Kota Global dan Berbudaya.
( HYT )