Oleh: Duduh Wahyudin, S. IP
Sukabumi.swaradesaku.com. Pemilihan Gubernur, Bupati, dan Wali Kota secara serentak diselenggarakan di Wilayah Indonesia pada 9 Desember 2020, termasuk salah-satunya yaitu Pemilihan Bupati/Wakil Bupati Kabupaten Sukabumi Provinsi Jawa Barat.
Saat ini, yang sudah mendeklarasikan diri secara resmi sebagai Calon Bupati Sukabumi adalah Drs. H. Marwan Hamami, MM dan Drs. H. Adjo Sardjono, MM. Dari informasi yang beredar, H. Marwan Hamami didukung oleh Partai Demokrat dan PKS, yang sebelumnya sudah diusung oleh Partai Golkar Kabupaten Sukabumi yang notabene sebagai “pemiliknya” saat ini. Kemudian H.Adjo Sardjono secara resmi diusung dan didukung oleh koalisi Partai PKB, PPP, PAN, dan Gerinda.
Apabila mencermati peta politik ditataran akar rumput (grassroots) saat ini, popularitas dan elektabilitas masing-masing Calon Bupati tersebut begitu melambung diluar ekspektasi, yang sama-sama kuat dan saling bersaing begitu ketat. Tetapi, tentunya Calon Pemimpin tidak hanya cukup bermodalkan popularitas dan elektabilitas semata, namun bagaimana Ia mampu mengubah wajah Sukabumi menjadi sebuah perubahan besar yang bisa memberikan dampak positif yang signifikan untuk makin sejahteranya masyarakat melalui Program Pembangunan fundamental, yang bergerak secara masiv, sistemik, dan terintegrasi dengan baik.
Seorang pemimpin harus berani mengubah gaya kepemimpinannya dari konsep kekuasaan, menjadi konsep pemimpin pemerintahan yang mengabdi sebagai pelayan masyarakat (public service).
Sesungguhnya, masyarakat membutuhkan pemimpin yang bijak, sederhana dan merakyat, mengetahui kondisi dan kehidupan masyarakat di perkampungan/desa. Makin sering “turun kampung”, makin tahu realita dilapangan. Bukan hanya saat kampanye membutuhkan dukungan suara, bisa menyapa dan tebar pesona, tetapi hendaknya menjadi agenda prioritas utama selalu ” hadir” di tengah masyarakat setelah terpilih menjadi Bupati Sukabumi periode 2020-2025. Sehingga emosionalitas pemimpin dengan rakyatnya begitu dekat tanpa sekat pemisah yang terbelenggu oleh kekuasaan semata. Maka, dengan pola seperti ini akan memberikan efek positif didalam memutuskan setiap kebijakan yang dibuat oleh Pemimpinnya sebagai kebijakan yang “solutif”.
Pemimpin Pemerintah kabupaten Sukabumi, tentunya lebih mengedepankan pendekatan kesejahteraan, pendekatan moral dan pendekatan komunikasi dengan masyarakat secara langsung, bukan hanya sekedar duduk di kursi jabatan, tetapi bagaimana mengetahui dan memahami realita yang sesungguhnya terjadi.
Oleh karena itu, dalam merumuskan dan memformulasikan kebijakan program, Pemerintah Daerah harus benar-benar menyerap aspirasi di bawah dengan “membaca” kebutuhan masyarakat, harapan, dan mau mendengarkan keluh kesahnya. Program prioritas Pemerintah Daerah hendaknya mengacu pada tingkat kebutuhan masyarakat yang paling utama, melalui proses pendekatan “bottom-up”. Tidak lagi atas kehendak kekuasaan yang bersifat “top-down”. Sehingga apa yang menjadi tujuan pembangunan itu harus dinikmati manfaatnya secara langsung pada peningkatan kesejahteraan masyarakat, baik ekonomi, kesehatan, pendidikan, dan infrastruktur lainnya. Tinggal bagaimana mengoptimalkan Musyawarah Rencana Pembangunan Desa (Musrenbangdes) yang lahir dari proses aspirasi masyarakat desa, agar otonomi desa mampu berperan sesuai dengan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa
Dibutuhkan sebuah terobosan yang berani dalam kepemimpinan transformasional untuk menjawab sebuah perubahan menuju Sukabumi Unggul atau Sukabumi lebih Baik, sebagai penerobos dan pendobrak (Breakthrough leadership), yaitu mengubah konsep kepemimpinan kabupaten Sukabumi menjadi konsep kepemimpinan yang transformasional.
Pada dasarnya kepemimpinan transformasional itu adalah suatu model kepemimpinan untuk meningkatkan Sumber Daya Manusia dan hubungan efek pemimpin terhadap bawahannya dapat diukur, dengan indikator adanya kepercayaan, kekaguman, kesetiaan, dan hormat terhadap pemimpin, berusaha untuk memotivasi bawahan umtuk melakukan sesuatu yang lebih dan melakukannya melampaui harapan mereka sendiri (Bass, 1994).
Kepemimpinan transformasional melahirkan pemimpin karismatik, yang mampu menumbuhkan kepercayaan, kesetiaan, rasa hormat, dan kagum dari bawahannya. Hal ini tidak terlepas dari kualitas dan kecerdasan intelektualitasnya seorang pemimpin, yang kompeten dengan sederet prestasi melalui kemampuannya, seperti
keahlian dalam komunikasi (communication skill). Karena komunikasi yang buruk dari seorang pemimpin mencerminkan karakter pemerintahan yang buruk pula.
Keahlian komunikasi seorang pemimpin akan mudah membentuk kerja sama tim (team work), dan kekompakan dalam sebuah pancapaian tujuan organisasi dalam birokrasi pemerintahan yang dapat diterima oleh berbagai pihak. Kemudian membangun motivasi kerja bawahan, mengarahkan bawahan dan membangun gagasan sehingga menciptakan sebuah relasi yang dapat difungsikan untuk kegiatan musyawarah atau rapat dalam pembentukan opini dan pengambilan keputusan, sehingga akan berjalan dengan baik. Tentunya, bukan hanya membangun komunikasi internal saja yang perlu dibentuk seorang pemimpin, tetapi diperlukan juga sebuah komunikasi eksternal dengan masyarakat sehingga dalam formulasi dan implementasi kebijakan yang dibuat oleh seorang pemimpin akan lebih mudah, karena telah mendapatkan kesepakatan bersama dari berbagai pihak sehingga tercipta sebuah relasi sosial (social relationship).
Seorang pemimpin yang baik bukan hanya pandai dalam berkomunikasi saja, namun diperlukan pula keahlian teknikal (technical skill), dan keahlian konseptual (conception skiil) untuk menunjang seorang pemimpin dalam pencapaian tujuan visi, misi yang diinginkannya. Dengan kedua keahlian tersebut maka penyusunan perencanaan program yang strategis dan tepat sasaran dapat dibentuk secara efektif dan efisien melalui hal-hal yang di prioritaskan sesuai sumber masalahnya.
Konsep kepemimpinan transformasional merupakan seni yang mesti dijalankan oleh seluruh pemimpin yang ada di Pemerintah Kabupaten Sukabumi, khususnya Calon Bupati yang akan berkompetisi dalam Pilbup Sukabumi 2020 ini, sebab seorang pemimpin tranformasional akan mengedepankan komunikasi dalam berinteraksi dengan seluruh elemen yang dipimpinnya, termasuk berinteraksi dengan masyarakat secara langsung.
Beberapa pandangan pemikiran untuk menerapkan konsep kepemimpinan transformasional untuk menuju Sukabumi Unggul, adalah sebagai berikut:
Pertama, Memotivasi dan memberdayakan seluruh potensi bawahan untuk melakukan hal terbaik dalam birokrasi pemerintahan daerah.
Kedua, Berusaha untuk menjadi pemimpin yang bisa diteladani bawahan dan masyarakat luas, yang didasari oleh kecerdasan intelektual, spiritual, emosional, dan kecerdasan sosial.
Ketiga, Mau mendengarkan dan menyimak semua pemikiran yang disampaikan dari bawahannya untuk mengembangkan semangat kerja sama organisasi dalam pemerintahan daerah.
Keempat, Mampu membangun visi, misi, dan program kerja yang bisa menjawab kebutuhan rakyat dan tantangan ke depan (Visioner). Dengan kekuatan organisasi dan dukungan kualitas Sumber Daya Manusia di semua lini untuk menggerakkan roda pemerintahan daerah yang efektif, efisien, produktif, dan dinamis.
Kelima, mampu memposisikan masyarakat sebagai subjek pembangunan atau pusat pembangunan, bukan sebagai objek pembangunan.
Keenam, Mampu bertindak sebagai agen perubahan (Agent of change) dalam organisasi pemerintahan daerah dengan memberikan contoh bagaimana menggagas dan melaksanakan suatu perubahan pada bawahan. Karena perubahan itu adalah Proses adaptasi jaman.
Penulis adalah :
Lulusan STSIP Syamsul Ulum Sukabumi, 03 September 2007.
Saat ini aktif sebagai Guru PPKn di SMK Bina Bangsa Surade.
(Rusdi/Red)