
Kesehatan.Swaradesaku.com.
Rapid test atau tes cepat yang diberlakukan oleh pemerintah untuk melakukan masif testing deteksi virus corona masih menuai kebimbangan di kalangan masyarakat. Pasalnya, ternyata hasil rapid test yang menyatakan positif Corona ternyata bukan berati terjangkit Covid-19.
Ketua Tim Pakar Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19, Wiku Adisasmito, mengatakan rapid test dipilih pemerintah Indonesia sebagai salah satu cara mencari dengan cepat orang -orang yang berpotensi terinfeksi virus corona, SARS-CoV-2.
Hal ini bertujuan jika ada orang yang terinfeksi Covid-19 dapat diketahui dengan segera atau cepat agar dapat melakukan tindakan semaksimal mungkin sehingga orang tersebut dihindari berkontak dengan orang lain dan menularkan virus corona itu.
Namun, ada hal yang perlu diketahui oleh masyarakat, hasil dari proses rapid test masih membutuhkan pembuktian tes laboratorium atau PCR test. Sedangkan rapid test dibutuhkan sebagai langkah cepat pertama.
“Tes jenis ini (dilakukan) dengan mengambil sampel darah untuk mengukur kondisi antibodi di tubuh peserta tes. Sehingga dapat diketahui reaksi tubuh peserta tes untuk melawan virus,” kata Wiku melalui siaran daring akun YouTube resmi BNPB, Rabu, 15/4/2020 lalu.
Untuk diketahui, dalam kenyataannya, pembentukan antibodi dalam tubuh satu individu dan individu lainnya berbeda. Tidak semua akan mengeluarkan antibodi virus yang dimaksud.
Umumnya antibodi dapat ditemukan ketika orang tersebut mengalami sakit. Sebab, antibodi itu sendiri adalah bentuk reaksi ketahanan tubuh yang berupaya melawan kuman atau organisme jahat yang masuk, termasuk virus corona, SARS-CoV-2.
Pada kondisi tertentu ada orang yang tidak dapat mengeluarkan antibodi meskipun sudah terinfeksi vorona dan sedang sakit sekalipun.
Sehingga, ketika seseorang mendapatkan hasil tes negatif dari rapid test, bukan berarti orang tersebut negatif dari virus corona SARS-CoV-2 atau Covid-19, melainkan hanya negatif dari antibodi saja.
Begitupun sebaliknya, jika seseorang mendapatkan hasil tes positif dari rapid test, bukan berarti orang tersebut positif Covid-19, melainkan hanya positif memiliki antibodi saja.
Dalam kasus rapid test di lapangan bisa terjadi seseorang dinyatakan positif corona padahal orang tersebut mengidap astma, karena pada pengidap astma dapat menghasilkan pertahanan tubuh yang aktif sedang melawan virus astma bukan virus corona.
Sehingga, untuk memastikan hasil dari rapid test masih harus diuji kembali melalui PCR test untuk mendapatkan kepastian apakah positif atau negatif dari virus Covid-19.
Reverse Transcription Polymerase Chain Reaction (RTPCR) atau tes PCR, merupakan tes yang menyasar langsung pada virus corona, SARS-CoV-2, dan hasilnya dianggap akurat, sehingga, tes PCR yang lebih populer dengan nama test Swab dianggap sebagai golden standar dalam mendeteksi virus SARS-CoV-2 penyebab Covid-19.
RTPCR dilakukan dengan mengambil cairan tubuh yang paling banyak mengandung virus dengan menggunakan alat isap melalui hidung atau dapat juga diambil dari dahak.
Hal lain yang menjadi pentingnya melakukan tes swab atau RTPCR karena mungkin saja seseorang dinyatakan negatif Covid-19 saat dilakukan rapid test.
Sebab, mungkin saja saat itu daya tahan tubuh seseorang sedang prima, namun dengan dilakukan tes swab dapat diketahui tubuhnya telah terinfeksi virus corona.
(DidiS – berbagai sumber)