Cirebon.swaradesaku.com.
Masyarakat dan Pemerintah Desa (Pemdes) Karangsuwung, Kecamatan Karangsembung, Kabupaten Cirebon, menunjukkan kepedulian tinggi terhadap lingkungan dengan menggelar aksi bersih-bersih bertajuk “Bebersih Lembur”. Kegiatan ini menyisir tumpukan sampah di pinggir Sungai Cimanis serta membersihkan rumput liar yang tumbuh tak beraturan di atas Jembatan Cimanis, tepatnya di jalur penghubung Karangsuwung–Karangsembung.

Aksi ini melibatkan ratusan warga dari berbagai kalangan, mulai dari anak-anak, remaja, hingga orang tua. Kegiatan tersebut juga didukung oleh Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kabupaten Cirebon yang mengerahkan tiga unit mobil pengangkut sampah untuk membantu proses pembersihan.
Meskipun bau menyengat dari sampah tak terhindarkan, semangat gotong royong warga tidak surut. Mereka bahu-membahu membersihkan lingkungan demi menciptakan Desa yang lebih sehat dan nyaman.
Sebagai langkah lanjutan, Pemdes Karangsuwung memasang pagar bambu di sepanjang jembatan sebagai pembatas agar sampah tidak dibuang sembarangan ke sungai. Selain itu, kamera pengawas (CCTV) dipasang di titik-titik strategis untuk memantau aktivitas ilegal, terutama pembuangan sampah. Tak hanya itu, pembangunan Tempat Pembuangan Sampah Sementara (TPSSa) tengah berlangsung, didukung dengan penyusunan Peraturan Desa (Perdes) yang memuat sanksi tegas bagi pelanggar.
Kuwu Desa Karangsuwung, Arief Nurdiansyah, SE, menjelaskan bahwa penumpukan sampah yang telah terjadi selama bertahun-tahun menyebabkan sedimentasi tinggi di aliran Sungai Cimanis.
“Alhamdulillah, antusiasme masyarakat luar biasa. Ini menunjukkan meningkatnya kesadaran kolektif akan pentingnya menjaga lingkungan. Kami memilih bertindak langsung daripada terus menunggu bantuan yang belum pasti,” ujarnya, Selasa (13/5/2025).
Arief menambahkan bahwa pihaknya sudah berulang kali menyampaikan laporan dan permintaan penanganan ke Balai Besar Wilayah Sungai Cimanuk-Cisanggarung (BBWSCC), namun hingga kini belum ada respons konkret.
“BBWSCC memiliki kewenangan atas sungai ini, namun sayangnya belum ada langkah nyata. Maka kami bergerak sendiri, karena dampaknya langsung dirasakan warga kami,” tegasnya.
Selain mengandalkan infrastruktur dan penegakan aturan, Pemdes juga memprioritaskan edukasi kepada warga dan para pedagang agar tidak membuang sampah sembarangan, terutama ke sungai dan saluran air. Edukasi ini akan terintegrasi dengan operasional TPSSa dan rencana pembentukan bank sampah Desa.
Ketua BPD Karangsuwung, Imam Mulyadi, turut angkat suara. Ia menyoroti bahwa dampak dari penumpukan sampah bukan hanya estetika, tetapi juga mengancam keselamatan warga karena memicu banjir.
“Sedimentasi yang tinggi akibat sampah membuat aliran sungai tak optimal. Ini rawan banjir dan menjadi sumber penyakit. Tapi mirisnya, BBWSCC seolah tutup mata. Kami sudah beberapa kali melapor, tetapi belum ada tanggapan,” ungkapnya kecewa.
Menurut Imam, upaya bersama sangat penting. Tanpa sinergi antarpihak, penyelesaian masalah sampah akan terus terhambat.
“Kami, BPD dan Pemdes, terus bersatu demi kemajuan desa. Namun kami butuh dukungan dari instansi yang lebih tinggi, bukan hanya diam,” pungkasnya.

Aksi “Bebersih Lembur” ini menjadi contoh kuat bahwa perubahan bisa dimulai dari level Desa. Namun beban tak seharusnya sepenuhnya ditanggung oleh warga dan Pemdes. Lembaga seperti BBWSCC harus menunjukkan kepedulian dan tanggung jawabnya, terutama ketika dampaknya sangat dirasakan masyarakat. Sudah waktunya duduk bersama, menyusun langkah konkret untuk menyelamatkan Sungai Cimanis dan memulihkan kualitas lingkungan hidup di Cirebon Timur.
(Ade Falah)